Kepada jarak kutautkan cintaku
kutebar cinta pada sebaran bintang di langit,
senja yang tak kunjung henti mengintip pada batas siang dan malam
serta doa dalam diam
ada kisah yang kita torehkan pada selembar kertas,
ada kisah yang akan terus tertuang pada titik yang tak tau dimana hentinya
sepertinya berakhir, tapi kisah yang telah tertoreh akan terus berjalan
pada ribuan kilometer ini, kisah itu belum usai
dimana jarak masih ataupun tak lagi membentang,
sekalipun tak lagi terpaut oleh lautan maupun daratan
ada jarak yang harus kita lukis,
dengan jutaan kisahnya yang kadang getir.
Bejana waktu tak akan penuh,
pada titik dimana kisah ini dimulai
baik aku maupun kamu sepertinya tak mengerti,
bahwa bukan kita yang mampu menghentikan kisah ini
bahkan jarak pun tak mampu sekalipun seribu kilometer jauhnya
dan kisah ini akan terus berjalan sampai titik dimana kita memang tak pernah mampu menghentikannya..
Monday, December 2, 2013
Friday, November 15, 2013
Sayap yang Ingin Terbang
Ada kupu-kupu yang sekuat baja terbang bersama mimpi-mimpinya
Menari dalam imajinasi adalah kekuatannya
yang ia rindukan adalah senja pada ufuk yang berwarna jingga
juga hati tempatnya pulang.
semua begitu jauh dari jangkauan kepak sayapnya.
sayapnya pernah patah, namun tak membuatnya berhenti terbang
ia hanya ingin terbang, menari diatas imaji-imajinya
menggapai apa yang menjadi mimpinya
bertahan adalah nafasnya,
keyakinan adalah denyut nadinya
harapan menjadi penunjuk arahnya
ia hanya ingin terbang..
sayap yang berkilau pada jingga senja,
tak redup oleh pekat malam..
Menari dalam imajinasi adalah kekuatannya
yang ia rindukan adalah senja pada ufuk yang berwarna jingga
juga hati tempatnya pulang.
semua begitu jauh dari jangkauan kepak sayapnya.
sayapnya pernah patah, namun tak membuatnya berhenti terbang
ia hanya ingin terbang, menari diatas imaji-imajinya
menggapai apa yang menjadi mimpinya
bertahan adalah nafasnya,
keyakinan adalah denyut nadinya
harapan menjadi penunjuk arahnya
ia hanya ingin terbang..
sayap yang berkilau pada jingga senja,
tak redup oleh pekat malam..
Ruang Hampa
Ada setitik noda di dalam kepalaku,
menghantui tidurku berlarut-larut..
hubungan sepasang kekasih dijalani berdua, bukan?
Karina merebahkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya yang sebetulnya tidaklah nyaman untuk menempelkan punggung kepada sandaran kursi tersebut. Apa daya, itulah kerajaannya beserta meja, laptop, printer kardus-kardus tak terpakai yang mengurungnya sendirian di kantor tempatnya bekerja. Ia baru saja masuk sebagai pegawai di kantor salah satu produk susu ternama di Indonesia. Sudah memasuki bulan ketiga, sebenarnya Karina nyaman bekerja di kantor itu karena tim nya sangatlah menyenangkan tapi ada yang mengganggu pikirannya sejak ia mulai bekerja.
kamu lagi apa?
teks BBM yang ia kirimkan pada yuda, kekasihnya yang kini terpaut daratan dan lautan membentang. Ya, Yuda berada di Sumatera bekerja di Dirjen Bea dan Cukai yang merupakan badan negara sedangkan Karina adalah pegawai swasta. Karina menunggu, tak kunjung dibalas. Ah, mungkin sibuk. Desah Karina dalam hati. Sudah beberapa waktu ini hal tersebut berulang. Awalnya Karina berusaha mengerti, toh ia juga larut dalam jejalan-jejalan data yang masuk kepadanya. Tapi ketika disaat senggang Karina sendiri berusaha memberi kabar, kejaran target membuatnya harus terpaku pada Fujitsu-nya tanpa sempat melihat BBM selain jika ada yang mengirim data. Terkadang Karina emosi juga menerima puluhan Ping!!! dari Yuda, padahal sebelumnya dia pasti memberi kabar kalau akan sedikit sibuk sampai akhirnya ratusan data yang dijejalkan kepadanya berhasil diproses. Karina ingin Yuda paham jika di bawah naungan perusahaan swasta ia dikejar target yang harus dicapainya tiap hari sedangkan Yuda tidak, tapi paling tidak Karina berusaha memberi kabar ketika ia sedikit longgar. Disaat seperti ini yang paling mengganggu pikiran Karina adalah kenapa Yuda tidak melakukan hal yang sama kepadanya, seperti saat ini ketika pesan yang dikirimnya tak kunjung dibalas, dibaca pun tidak. Nanti ketika Karina sudah mulai kesal dan mengirimkan pesan berisi keluhan, dengan enteng Yuda hanya berkata maaf tapi besoknya kembali diulanginya lagi.
Masalah muncul lagi karena perbedaan pola pikir, Karina bergelut sendiri di dalam kepalanya. Ia merasa Yuda tak lagi sejalan dengannya, perbedaan pola pikir adalah hal yang wajar. Karina dan Yuda individu yang berbeda, tapi tidakkah mereka sebenarnya punya visi yang sama? hal-hal sepele membuat Karina kesal terhadap Yuda, Karina sadar mungkin sebetulnya masalahnya terletak dari dirinya sendiri, tapi hubungan yang mereka jalani adalah hubungan yang dijalani bersama. Seharusnya Yuda mengerti apa yang mengganjal hati dan pikiran Karina. Sayang Karina enggan bercerita karena berkurangnya komunikasi mereka akhir-akhir ini. Karina malas jika harus berdebat, Yuda bukan orang yang tepat dihadapkan dengan perdebatan, kebanyakan tak ada hasilnya jika Karina membicarakan ganjalan hatinya dengan Yuda. Percuma saja, pikirnya..
Bukan, bukan ini yang seharusnya terjadi. Karina ingin Yuda juga mengerti maksud hatinya, tapi yuda tak pernah menangkap itu. Selalu kemudian Yuda berkata bahwa ia punya caranya sendiri. Karina mengerti itu, tapi bukan itu yang diinginkan Karina. Setidaknya, sedikit saja maksud Karina tersampaikan. Pria adalah makhluk Mars yang tidak mengerti kode yang diberikan wanita. Karina paham dan berusaha menyampaikan maksud hatinya dengan berusaha bicara, tapi Yuda tak pernah menangkap maksudnya. Hingga seperti saat ini Karina mulai malas bicara, mulai malas berkeluh kesah pada Yuda, menyimpan semuanya sendiri. Yuda sibuk, iapun sibuk. Bicara saja tak sampai maksud hatinya, apalagi dengan kode. Karina akhirnya enggan bicara tentang apa yang menjadi pikirannya. Ia memilih larut pada pekerjaannya.
Karina paham masalah itu muncul dalam dirinya sendiri, gejolak itu muncul dalam dirinya sendiri, sebenarnya ia sangat ingin Yuda mampu menangkap itu semua, tapi semua menjadi percuma karena Yuda tak mampu menangkap jalan pikirannya. Diam tak menyelesaikan masalah, ia sadar betul akan hal itu, tapi bicara pun tak sampai. Noda kecil itu berkembang menjadi besar dan menghantui tidurnya berlarut-larut belakangan ini. Hubungan dijalani berdua, bukan? tapi kenapa ia memikirkan segalanya seperti ini sendiri?
Karina tak menginginkan materi berlimpah, Karina mengerti sebetulnya Yuda seperti inipun yang dipikiran Yuda adalah kemapanan masa depan untuk Yuda sendiri, keluarganya, dan juga untuk bersama Karina kelak. Tapi sepertinya Yuda lupa bahwa Karina juga membutuhkan Yuda ada dalam kesehariannya, sekalipun jauh. Karina ingin tetap merasa bahwa Yuda akan selalu ada menyokongnya di kala ia berkeluh kesah tapi kenyataannya tak selalu. Rasa bersalah juga menghantui Karina, bersikap ketus bukan jalan keluar tapi Yuda apa paham akan kesepiannya. Karina tumbuh dalam keluarga yang tak mengajarkannya cara berkeluh kesah, tapi Karina hanya manusia biasa. Ada saatnya ia butuh dipahami akan pikiran-pikiran yang mengganggu kepalanya.
Yuda banyak bercerita pada Karina, tapi ada beberapa perkataan Yuda yang tak bisa Karina terima. Seperti saat Yuda merasa kesal hanya karena game nya yang terpaksa restart atau komentar yuda akan kendaraannya yang rusak beberapa waktu lalu. Kalau seandainya ada waktu untuk bermain game, kenapa tidak berusaha meluangkan waktu untuk Karina? juga pengertian Yuda akan kendaraannya yang rusak, komentar yang Yuda lontarkan sangatlah tidak membantu, Karina tidak minta ditolong oleh Yuda saat itu juga, hanya saja Karina tidak terima dengan ucapan Yuda yang terkesan sok tahu dan meremehkan. Yuda enak, bisa ijin dengan alasan yang menurut Karina tidak masuk akal, hanya untuk mengganti suara klakson Vixion nya agar lebih fancy. Paling tidak berkatalah yang tepat, dukunglah Karina sedikit. Sayang Yuda tak paham akan hal sekecil itu.
Hingga disaat seperti ini siapa yang bisa disalahkan akan ganjalan hati Karina yang begitu besar? Karina menyalahkan dirinya sendiri atas kekesalannya pada Yuda, tapi bukankah hal ini butuh jalan keluar. Karina berusaha memikirkannya sendiri, tapi jika ini hubungan yang mereka jalani berdua bukankah paling tidak seharusnya Yuda paham akan hal-hal yang mengganjal di hati Karina? Karina merasa bersalah karena ia lebih memilih diam dan bersikap dingin, tetapi apakah itu sepenuhnya salah Karina? bicarapun ia tak menemukan Yuda yang seharusnya memahami keluh kesahnya.
ketahuilah bahwa aku tak menyalahkan siapapun atas segala hiruk pikuk yang bergejolak dalam kepalaku
mungkin ini hanya ketakutanku sendiri akankah nantinya aku mampu bertahan.
keragu-raguan dalam diriku membimbangkan jalanku.
tapi tidakkah ada yang mampu membuang itu semua..
selalu kuyakini bahwa kita terus berjalan beriringan, tapi kemudian ada racun dalam kepalaku..
ketakutan akan kamu yang suatu hari nanti tak lagi mampu menjadi tempatku bersandar..
Monday, May 6, 2013
KAMU
Bulan, arti nama mu yang kemudian melekat erat tak hanya pada benak ku, namun relung jiwaku, hatiku, juga seluruh hidupku. Bulan, kau benar-benar menjadi rembulan pada malamku. Kau mengajarkanku untuk mencintai malam, agar aku tak takut kepadanya pada tiap lelapku. Hanya ada satu bulan di langit, dan bulanku pun hanya satu, kamu.
Aku memandang langit malam ini, kelam, tak berbintang dan bulan pun enggan menampakkan dirinya. kubuka buku diariku, kutulis dengan spidol warna warni. Sebenarnya tidak sewarna warni spidol yang kuguratkan pada buku diariku. Kemudian mataku berkaca-kaca dan terasa panas, ada yang tak mampu kubendung, tangis. Akupun tak mengerti kenapa, sudah hampir satu bulan sejak kamu menyatakan cintamu, memintaku kembali mengisi hariku tentangmu. tetapi sudah seminggu ini aku tak menerima kabar darimu. Beberapa telepon dan pesan singkat tak kunjung kau tanggapi. Kamu kemana? Aku bertanya dalam hati dengan lelehan air mata datang membanjir. Hingga aku terlelap karena kelelahan menangis.
**************************
"ver, menurutmu dia kemana ?" tanyaku pada temanku yang sedang asik menonton TV di ruang tamu. Aku datang mengunjunginya karena aku penat jika aku harus terus mengurung diri di kamar memikirkan yang tidak-tidak.
"ya gak tau, mungkin sibuk" jawab vera sambil sibuk memencet tombol remote memindah channel TV. Akupun menghela napas panjang, melayangkan pikiran yang semakin melantur. kuingat kembali kata-katanya yang suka meninggalkan mantan pacarnya tanpa sebab. Tanpa kusadari aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan buku diari yang kubawa ke rumah vera sudah terisi lagi oleh keluh kesahku dengan spidol warna warniku. ah, andai cintaku terus berwarna-warni seperti spidol ini. Aku mendengus dalam hati.
"ver, apa mungkin dia ninggalin aku?" prasangkaku yang terburuk meskipun aku sendiri enggan membayangkannya.
"wah, mungkin juga tuh, tapi masa setega itu sih?" vera juga tak yakin atas ucapannya.
Aku yang masih berseragam putih abu-abu ini tak mampu berpikir jauh, aku masih terlalu dangkal dalam berpikir, tak tahu harus menduga apalagi tentang kamu. Kamu membutakanku seperti malam tanpa rembulan. Aku takut kehilangan kamu. Vera tak mengatakan apa-apa, ia hanya terdiam berusaha sibuk sendiri. Ia pun tak tahu harus membantu apa selain ada di sisiku saat ini.
***************************
CHANDRA. Ku tulis besar-besar namamu pada buku diariku, bahwa kamu yang memperkenalkanku pada rembulan, kamu yang mengirimiku bait puisi, kamu yang mengajarkanku untuk menikmati lagu cinta. Kamu yang mengajarkanku cara mencintai seseorang begitu dalamnya. Rembulan dalam pelitaku. Aku kalut dalam sejuta prasangkaku. Aku membutuhkanmu. Aku membutuhkanmu untuk terangi malamku, aku membutuhkanmu untuk mengisi warna pada hidupku seperti spidol-spidol itu. Tapi kamu tak ada. Kamu kemana bulanku. Entah sejak kapan akupun tak menyadarinya, bahwa kamu benar-benar menjadi sosok rembulan pada langit gelapku, seperti namamu yang berartikan bulan. Kamu yang menjadi bulan dalam hatiku.
*************************
Entah sudah hari keberapa dalam hariku yang tanpa rembulan, gundah sudah membuat hariku kelabu. Selalu kelabu tanpamu. kadang aku mengutuk diriku sendiri, kenapa aku tak mampu bersikap tenang dan larut pada gemuruh badai dalam hatiku sendiri. Apakah aku yang masih duduk di bangku SMA ini tak pantas merasakan cinta? tapi bukankah cinta hak siapa saja? Aku ingin cepat dewasa, aku tak ingin larut dalam pikiran dangkalku, aku masih anak-anak dan aku terus merapalkan diriku dalam kata-kata kutukan ini, aku masih kecil. Tangisku membuncah, betapa aku merindukan sosok bulanku, bulan purnamaku, aku menginginkannya saat ini. Lagi, aku terlelap bersama tangis.
*************************
Tiba-tiba ponselku berdering nyaring. Aku terkejut ketika melihat layarnya, kamu menelepon! Hatiku girangnya bukan main, seribu pertanyaan ingin kuajukan padamu, seribu ketakutan pula datang merajai alam pikiranku. Dengan ragu-ragu kuangkat teleponmu.
"Nina, aku kangen..." suaramu lembut dari seberang sana. Anak sungai kemudian meleleh dari pelupuk mataku. Ini rembulanku.
"ka.. kamu kemana aja? aku nyariin" suaraku terbata menahan isak tangis. Aku memang masih belum dewasa, aku belum bisa mengatur emosiku.
"kamu janji mau ajak aku bertemu, kamu janji ajak aku jalan-jalan..." kemudian aku terisak lagi.
"maaf, kemarin aku banyak urusan yang bikin aku gak bisa hubungin kamu" ujarmu lembut. Aku yang sudah berprasangka ini terus saja terisak. Aku tak tahu apakah ini kesal atau senang.
"aku kemarin lihat kamu di depan rumah vera" kamu melanjutkan ceritamu.
"kenapa gak berhenti, kenapa gak bicara padaku?" aku terus terisak mengeluarkan segala prasangkaku padamu, menghamburkan rinduku padamu.
"aku sama temanku, gak enak.. makanya sekarang aku hubungi kamu"
"aku pikir kamu pergi gitu aja...." aku tak sanggup meneruskan kata-kataku dan terus mengalirkan mata air pada sungai yang sudah terbentang di pipiku.
"jangan nangis, sekarang aku ada di depan rumahmu"
aku kemudian terhentak, kubuka jendelaku dan kamu telah tersenyum manis melambai padaku. Kamu ada di hadapanku saat ini.
*********************************
Aku menghambur keluar rumah menyambutmu, segera kuseka anak sungai yang sedari tadi banjir tidak karuan di wajahku. Aku terduduk lemas dan kamu tetap tersenyum kemudian datang mendekat. Kau usap kepalaku seraya meminta maaf.
"aku gak ninggalin kamu, buktinya aku ada disini untuk kamu" ucapmu lembut. Aku hanya tertunduk menghabiskan sisa-sisa isakan yang menyesakkan dadaku, menghabiskan kesah yang menghantuiku selama ini. Kamu mendekapku erat, mengusap kepalaku, seraya berkata kamu merindukanku. Mungkin aku masih kanak-kanak yang masih terlalu dangkal dalam berpikir. Tapi aku merasa bahagia, memiliki kamu dalam gulitaku. Bulan..
***************************
biarkan malam merapalkan sajak gulitanya, biarkan malam bernyanyi kepada bintang-bintang, biarkan malam bangga atas dunia jika ia memiliki satu rembulan yang setia. Tak mengapa, akupun memiliki kamu rembulanku..
Friday, January 11, 2013
Sepenggal Rekaman Kehidupan
hampir....
binar-binar di mataku yang kemudian hampir meredup
sebenarnya aku tak peduli,
biar saja cahaya lemah itu mati, biar saja hidupku terus kelam
ya.. aku sudah lelah...
minta pin kamu boleh?
pesan singkat yang masuk ke Blackberry ku dari Yuda.. kujawab saja singkat dengan langsung memberikan pin ku kepadanya. Aku menghela nafas seolah tak peduli, yah hitung-hitung buat apa aku terus mendiamkannya. Lagipula dia yang menghapus akunku dari daftar pertemanan Facebook dan Twitter-nya, jadi kalau sekarang dia mencariku itu membuktikan dialah yang labil. Tak lama lampu LED Blackberry ku berkedip, permintaan kontaknya sampai padaku.
yuda: PING!!!
nina: apa?
yuda: apa kabar?
nina: baik
yuda: liburan ini pulang?
nina: enggak.
yuda: kok enggak?
nina: banyak urusan..
aku berbohong, aku hanya tidak mau mengakui kepulanganku ke yuda. kita sudah tak bersama, buat apa membuka luka baru, jika mau berteman, ya berteman saja. Aku hapal betul siapa yuda, nanti kalau kelamaan terlalu dekat, pasti ia akan mengajakku kembali, dan ujung-ujungnya akan terjadi sakit yang lama. kuhela nafasku dan merebahkan punggungku di sofa kakek, menyembunyikan angan-anganku dan bermain dengan Alfi adikku, menghiburnya karena daun telinganya baru saja mendapat lima belas jahitan! Ya, lima belas! aku kaget dan merinding begitu ibuku bercerita tentang kejadiannya.
binar-binar di mataku yang kemudian hampir meredup
sebenarnya aku tak peduli,
biar saja cahaya lemah itu mati, biar saja hidupku terus kelam
ya.. aku sudah lelah...
minta pin kamu boleh?
pesan singkat yang masuk ke Blackberry ku dari Yuda.. kujawab saja singkat dengan langsung memberikan pin ku kepadanya. Aku menghela nafas seolah tak peduli, yah hitung-hitung buat apa aku terus mendiamkannya. Lagipula dia yang menghapus akunku dari daftar pertemanan Facebook dan Twitter-nya, jadi kalau sekarang dia mencariku itu membuktikan dialah yang labil. Tak lama lampu LED Blackberry ku berkedip, permintaan kontaknya sampai padaku.
yuda: PING!!!
nina: apa?
yuda: apa kabar?
nina: baik
yuda: liburan ini pulang?
nina: enggak.
yuda: kok enggak?
nina: banyak urusan..
aku berbohong, aku hanya tidak mau mengakui kepulanganku ke yuda. kita sudah tak bersama, buat apa membuka luka baru, jika mau berteman, ya berteman saja. Aku hapal betul siapa yuda, nanti kalau kelamaan terlalu dekat, pasti ia akan mengajakku kembali, dan ujung-ujungnya akan terjadi sakit yang lama. kuhela nafasku dan merebahkan punggungku di sofa kakek, menyembunyikan angan-anganku dan bermain dengan Alfi adikku, menghiburnya karena daun telinganya baru saja mendapat lima belas jahitan! Ya, lima belas! aku kaget dan merinding begitu ibuku bercerita tentang kejadiannya.
**************
liburan idul fitri di rumah kakekku di Tulungagung berakhir, sebenarnya jatah liburan semester di kampusku tinggal seminggu lagi dan aku enggan pulang ke Lampung, aku malas buang tenaga, apalagi nanti pasti bertemu lagi dengan Yuda.
"nduk, kamu ikut pulang ya..." pinta ibuku dengan mata berkaca-kaca, aku tahu ibuku kesepian sekali, apalagi semenjak masalah keluargaku yang umurnya sudah setahun itu meluluh lantakkan hati ibuku yang lemah lembut itu. Ayahku juga bekerja di luar kota dan kini pulangnya hanya seminggu sekali.
"tapi aku sebentar lagi masuk buk, kuliahku hari senin padat" aku menolak untuk pulang
"ya nanti dirumah tiga hari saja, mumpung masih bisa pulang.. kalau sudah kerja nanti kamu pasti tambah sibuk dan ndak sempat pulang" rayu ibuku dengan wajah yang semakin sedih, dan akupun luluh.
"iya, aku pulang buk.. tapi seminggu saja ya.." jawabku dengan disertai wajah ibuku yang berseri-seri. Kemudian aku pun ikut orangtuaku pulang, setengah mati kurahasiakan kepulanganku dari Yuda.
eggy: ninaa, kamu pulang ke lampung
nina: pulang ggy.. :)
eggy: asiik, nanti main sama eggy yaaa :D
sial! aku lupa. Eggy kan teman dekatnya Yuda, nanti pasti ketahuan kalau aku pulang. gerutuku dalam hati.
nina: eh eh, jangan bilang sama yuda ya ggy
eggy: kenapa? kok jangan
nina: nina gag mau ketemu dulu sama yuda, eggy janji ya
eggy: okedeh :)
semoga saja Eggy menepati janjinya, gawat kalau ketahuan berarti aku harus keluar rumah terus, jangan sampai yuda tahu-tahu sudah muncul di depan rumahnya seperti waktu itu.
yuda: nina :)
nina: apa?
yuda: lagi dimana?
nina: balik ke malang
yuda: oh, hati-hati ya
nina: iya, makasih
oke aku berbohong lagi padanya, aku benar-benar ingin menutup cerita. Buat apa kami memaksakan hubungan yeng selalu berujung hal yang sama.
*************
yuda: udah sampai ya :)
nina: sampai apa?
yuda: besok aku kerumah kamu :)
nina: ngapain?
yuda: mau ketemu kamulah :)
ketahuan kalau aku pulang, dan benar, aku sudah sampai rumah tepat jam satu dini hari. musim arus balik membuat jalanan macet. aku gelisah, mungkin sedikit grogi karena harus melihat wajah yuda lagi. ah! eggy ingkar janji, pasti dari dia, siapa lagi coba. aku sudah berusaha tidak update di jejaring sosial manapun. karena aku terlalu lelah, akupun tertidur dan lupa kalau aku sedang bersungut-sungut.
keesokan paginya lampu LED Blackberry ku berkedip lagi
yuda: aku kesana jam 9 ya :) *miss you
nina: aku belum mandi
yuda: kapan aku pernah peduli kamu udah mandi apa belum
nina: hemmbbbb
kuletakkan ponselku dan aku lanjut menyapu dan mengepel teras, ibuku tinggal berdua saja dengan adikku kalau bapak sedang di luar kota, tidak ada pembantu, semua dikerjakan ibuku dari A-Z. jadi ketika aku pulang, karena aku anak yang berbakti pada ibuku, akulah yang menggantikan beberapa pekerjaan rumah. mulai dari memasak, menyapu dan mengepel. Aku baru selesai berberes dan yuda tepat ada di depan pagar. akupun membukakan pintu. kemudian aku tertegun sejenak melihat kemeja biru tuanya, dan Yuda sedang tersenyum padaku seperti biasa.
Ia tampan, pikirku dalam hati.
"hey" yuda tersenyum menyapaku sambil mengelus-elus kepalaku seperti biasa
"hey" jawabku, yuda dengan wajah riang mencubiti hidung dan pipiku. Aku yakin dia pasti sangat merindukanku. sorot matanya tak pernah bisa berbohong akan perasaannya.
"tau aku pulang darimana?" kutanyakan hal itu sambil berjalan menuju ruang tamu.
"eggy" jawabnya singkat, dan aku kemudian ingat hingga menggerutu dalam hati. benar dugaanku, eggy yang bilang.
"aku belum mandi, tunggu ya" kutinggal dia setelah duduk di ruang tamu. lima belas menit kemudian aku sudah siap dan kami pun pergi jalan-jalan keluar.
********************
kami pergi ke sebuah mall untuk membelikan hadiah untuk keponakanku yang baru lahir, dia selalu menggandengku dan menunggu jika aku tertinggal di belakang, dulu mana pernah ia menungguku hingga aku mengerjainya dan bersembunyi di balik display baju-baju yang ada di department store itu. Setelah selesai berkeliling, kami makan siang di Mc Donald.
"kamu mau jadi calon istriku?" tanya nya tiba-tiba sambil menggenggam tanganku dengan mata sendunya.
"aku....." aku terdiam sejenak kemudian melanjutkan ucapanku
"aku tidak yakin, apa kita masih mau mengulang hal yang sama lagi, berpisah lagi, buat apa?"
"aku tidak pernah bermaksud begitu, kamu tahu aku berusaha untuk kamu.." jawabnya perlahan...
"aku lelah, kamu yang bilang tidak akan embali padaku kan"
"kamu selalu tahu kalau aku berbohong soal itu, aku tidak bisa pergi dari kamu"
aku menghela nafas berat, ia semakin erat menggenggam tanganku, aku tahu dari sorot matanya, ia pasti sangat ingin memelukku saat ini. perasaannya selalu terbaca jelas olehku, sorot matanya selalu menjelaskan segalanya padaku. aku tahu ia tidak pernah berbohong untuk yang satu ini.
akupun mengangguk pelan, dan ia bangkit dari kursinya kemudian mencium keningku........
Binar-binar yang meredup itu perlahan menunjukkan cahayanya..
pendar lemah yang hampir padam itu kemudian menyala lagi
benderang....
dan kelam pun hilang...
Subscribe to:
Posts (Atom)