Ada batas dimana
aku terpagut oleh waktu,
Ada jeda yang
mengitari atmosfer udaraku,
Sesaat kutatap
ia, sepersekian detik mataku menangkap sesuatu tentangnya..
Kusembunyikan wajahku dengan sedikit berpaling darinya yang tegak berdiri
di sebelahku untuk sejenak menguap. Aku masih setengah menahan kantuk karena di
waktu sepagi ini aku harus siap berangkat ke Surabaya untuk training, hari
pertamaku bekerja pada sebuah produsen susu yang cukup ternama di Indonesia.
Hari ini juga pertama kalinya aku jumpa dengannya.
“Training juga?” ia menyapaku,
“hah? Iya” jawabku kaget
“Bira, Birama Arjuna” ucapnya
sambil mengulurkan tangannya
“Galuh” ujarku menyambut jabat
tangannya.
Terasa begitu
halus saat kujabat tangannya, dan sepersekian detik lagi kurasakan desir yang
aneh saat memandang matanya. Ah, aku jadi malu sendiri dan buru-buru kulepaskan
tanganku sambil tersenyum. Keadaan setengah ngantuk membuat kepalaku sedikit
kurang beres. Lagipula, ini kan pertemuan pertama. Aku belum tahu dia siapa,
kenapa juga aku harus memandang sosoknya lekat-lekat, ia pun kelihatannya
cuek-cuek saja.
Mas Bira, datanya jangan telat ya
Aku mengetik
tombol enter pada Blackberry-ku
mengirimkan BBM pada Bira. Ya, sejak itu Bira menjadi salah satu tim ku dan ia
ditempatkan di salah satu Kabupaten area Malang sehingga data yang harus ia
kumpulkan bisa dikirim via e-mail,
Blackberry Messenger atau aplikasi jejaring sosial lainnya lainnya agar
lebih mudah.
Oke, bentar ya habis ini aku kirim
Jawaban darinya
masuk ke layar ponsel ku, komunikasiku dengan Bira ya hanya sebatas ini, tak
lebih. Kupertanyakan lagi apa arti desir yang membuatku terpagut sesaat itu.
Segera kugelengkan kepalaku, dan kulanjutkan bekerja, menjelang akhir bulan aku
menerima hunjaman data dari berbagai sisi. Jabatanku sebagai admin menuntutku
terus duduk berjam-jam tiap hari mengurusi segala-segala data yang kuterima
baik dari atasanku, kantor pusat Jakarta, Medical
Representative, Medical Delegate, dan
HGT. Kadang aku sampai mumet dibuatnya dan Jedaaaarrrrr!!!! Data yang kuterima dari Bira hari ini sangat
banyak dan meremukkan punggungku.
Mas, kamu harus tanggung jawab traktir aku
eskrim! Gak nanggung-nanggung deh kalo nge-bom
Ujarku cerewet
dalam teks Line yang kukirimkan ke
dia beserta sticker Moon yang sedang
ngambek. Aku putus asa melihat data yang masuk, harus pulang jam berapa aku
nanti rutukku dalam hati.
Maaf yaa, baru dapat data hari ini, oke
eskrim special buat kamu akhir pekan ini. Hhe
Balasannya
enteng sekali kalau melihat keadaanku yang pusing karena data yang mendadak mbludak masuk ini. Baik, akhir pekan aku
harus menagih janji padanya.
Akhir pekan sudah di depan mata,
dan Bira menepati janji nya tentang eskrim, pukul tujuh malam sabtu ini kami
janjian bertemu di sebuah Mall di Kota Malang.
“Kamu punya pacar mas?” tanyaku
ragu, karena bagaimana juga pertemuan kami yang Cuma berdua ini akan janggal
jika ia punya kekasih.
“ah, ada dulu, baru aja putus
sekitar beberapa bulan belakangan ini” jawabnya
“sebelum kerja atau..?” tanyaku lebih
lanjut
“iya sebelum” jawabnya singkat
“gaada yg lagi deket nih?”
“aku males pacaran, cari istri
aja”
Pembicaraan kami
berjalan lancar, mengobrol bercanda ya sebatas teman, ia sosok yang
menyenangkan. Banyak pengalaman yang membuatku manggut-manggut mendengar dari ceritanya. Sosok Birama Arjuna yang
kini makin kukenal.
Pertemuan ini menjadi awal
pertemuan-pertemuan selanjutnya, entah bagaimana ceritanya hingga kini ia
menggandeng tanganku di pasar minggu. Ia tampak begitu santai, ketika tanganku
terlepas dan aku tertinggal di belakang pun ia lantas berhenti menunggu ku dan
kembali mengamit jemariku untuk digandengnya.
“aku pengin beli rumah”
tiba-tiba ucapan itu meluncur dari mulutku saat menerima brosur promo rumah
“patungan yuk”
“hah? Serius?”
“iya, yuk”
Aku tertegun
mendengar kata-katanya, bagaimana bisa ia tiba-tiba berkata begitu padahal ia
sendiri berkata tak mau pacaran, apa ini berarti... Ah, pria ini benar-benar
penuh tanda tanya. Dasar cowok aneh, aku geregetan dalam hati.
“Kalian ini mirip ya” Mbak
Arinta tiba-tiba nyeletuk sambil memandangi aku dan Bira yang tengah asik
berbagi cah kangkung pada piring kami saat makan siang bersama.
“Eh, iya lho mereka mirip ya”
Mas Arifin menimpali
“kali aja jodoh loh” Sambung
Mbak Arinta sambil diikuti gelak tawa yang lainnya. Pak Ferdi yang tadi diam
saja juga memperhatikan
“tau tuh daritadi mesra banget
ni anak dua”
“di-Amin-in gak nih” Bira menyikut lenganku. Nih anak pake ikut-ikutan
deh, padahal diantara mereka tak ada yang
tahu kalau sebelum kami berkumpul seperti ini kami sudah melakukan
beberapa –pertemuan berdua.
“iyee iyee amiinnnnnn” jawabku
sambil asik menyeruput es jeruk di depanku.
Ada desir yang selalu kurasakan
setiap aku memandang matanya dan saat jemarinya mengamit tanganku untuk
menarikku dalam dekapnya. Entah darimana, apakah doa dari teman-teman satu tim
yang pada saat itu asal nyeletuk saja
atau memang sudah digariskan seperti ini. Sebuah cincin kembar kini melingkar
di jemariku pun jemarinya.
amiiinnn dikata mirip :D btw bagi cah kangkungnya dong mbak? buat lauk makan siang
ReplyDeletedikate mirip siapeee?? hahahaha yaela kalo mau sini nah aku traktirin cah kangkung :))
ReplyDelete