Jadi hari ini gue cuma pengen
berbagi pengalaman aja, tentang sulitnya hidup jadi gue. Oke bukan saatnya
mengeluh, karena yang lebih sulit hidupnya di luaran sana masih buanyak.. jadi
gue bagi motivasinya aja ya.. mudah-mudahan bermanfaat
- Gue iri sama anak yang masih bisa hura-hura ngabisin duit emak babenye di semester akhir tanpa berpikir kapan skripsinya selesai dan santai kayak di pantai sedangkan gue harus menerima banyak tekanan baik dari orang tua, diri gue sendiri, dibandingin sama sepupu gue yang udah tinggal wisuda sedangkan dia setahun dibawah angkatan gue dan gue masih belum LOLOS dari perguruan tinggi, de el el. De el el.
Jangan lihat dari sisi keluhan
gue, kenyataannya sekarang gue sedang berusaha menata masa depan gue, dimulai
dari skripsi itulah yang sudah gue cicil penelitiannya sedari semester enam dan
sekarang gue semester sepuluh, oke cukup lama bukan? Itu karena gue memilih
etnografi sebagai teori pendekatan gue. Sekarang pun gue bekerja di salah satu
perusahaan swasta, dan disitulah letak kerumitan yang harus gue nikmatin. Gue
harus berbagi waktu mulai dari bekerja full-time di siang hari, dan malam hari
gue harus meluangkan waktu utk menjamah, meraba dan mencumbu skripsi. Jadi mengerti
kan maksud poin 1? Di lain sisi, gue
miris sama anak yang gak mikirin masa depannya dan menyepelekan skripsi,
apalagi di fakultas gue ada ancaman SPP naik kalo lo gak lulus-lulus jika
dibandingkan dengan gue yg sekarang harus bayar kuliah sendiri dengan SPP yg
melambung bak harga bahan bakar minyak, gak kasian emak babe nya ya bayarin
anak kek gt? Kalo gue emaknya udah gue suruh nikah aja tu anak kek, gak usah
sekolah kalo ndak bisa serius.
- Gue iri sama anak yang lulus lebih dulu dibanding gue, dan akhirnya jadi underestimate diri sendiri dengan pertanyaan, gue kok gak lulus-lulus ya…
Akhirnya gue harus bersyukur dan
berdamai dengan kenyataan dan keadaan. Waktu bekerja dan waktu skripsi yang
kurang seirama selaras dan senada adalah penyebabnya, tapi apa mau dikata. Coba
bayangin, banyak dari temen-temen gue yg lulus dluan belum tentu langsung
bekerja, kalopun bekerja belum tentu di perusahaan bonafit, sedangkan gue yang
belum lulus ini sudah masuk perusahaan yang kalian pasti kenal ketika gue
sebutin perusahaannya apa. Bukan gue mau sombong, tapi coba pikir. Gue yang
udah kerja di tempat kece aja masih memikirkan masa depan, seperti
menyelesaikan skripsi misalnya. Karena diakui atau tidak, gelar Strata-1 itu
penting. Gue yang udah sibuk aja masih rela membagi sedikit waktu gue buat
skripsian guys, masa elu pade yang nganggur gak punya motivasi?
- Fisik gue cenderung sakit-sakitan, jadi udah niat ngerjain skripsi malemnya terpaksa istirahat dan berpaling dari skripsi sejenak itu bikin sedih
Nah ini juga kendala gue, kenapa
sih elu yang sehat yang kuat begadang malah asik ngopi cangkruk dan
walking-walking to the mall disaat lo harus ngerjain skripsi? Tenaga nya dipake
yang lebih bermanfaat kayaknya bisa kan. Gue yang udah niat aja kadang gak
dikasi ijin skripsian itu pedih, kenapa malah yang sehat gak berusaha menata
masa depannya sih? Bayangin gue yang lemah ini harus ijin dr kantor dan jumpa
pembimbing dan apesnya disaat itu lift fakultas rusak dan ruang dosen ada di
lantai LIMA! Jadi dengan sisa tenaga dan
semalem gue abis drop lagi terpaksa gue kuat-kuatin jalan ke lantai lima, demi skripsi.
Kenapa yang sehat malah gak bisa?
Jadi begitulah seputar keresahan
gue seputar skripsi, tapi akhirnya gue harus sadar dan membentuk sebuah
motivasi untuk diri gue sendiri dan beralih mensyukuri keadaan dan berdamai
dengan kenyataan. Gue akan berusaha semaksimal yang gue punya, dan gue harap
kalian pun bisa seperti gue. Gue kasi tau satu hal, bahwa sebuah kesadaran diri
itu gak determined by x-factor around you, tapi itu dimulai dari diri sendiri
bukan karena hal diluar diri lo, seperti faktor lingkungan atau didikan. It’s
all about you guys, mau terpuruk kah atau bangkit kah..
Salam,
Malang, 23 Mei 2014
Cuaca hari ini
terlampau panas
Ini pengalamanku
No comments:
Post a Comment