Aku pernah memiliki teman,
beberapa teman. Berkawan dengan mereka begitu menyenangkan, belajar, istirahat
mengobrol di kantin, pulang pun berbarengan. Ada satu anak yang ku kenal sedari
SMP di sekolah menengah atas ini. Namanya sangat imut, tapi perawakannya
sangatlah berkebalikan. Sekalipun begitu, ia anak yang sangat baik. Ada juga
seorang anak yang ku kenal sedari mengikuti bimbingan belajar saat masih SMP,
hingga kini ia masih temanku meski keberadaannya sekarang aku kurang mengetahuinya.
Ada satu lagi, anak yang sangat manis, polos dan sangat baik. Ia pendiam dan
lele goreng buatan ibunya menjadi favoritku saat ia membawanya sebagai bekal
sekolah. Masih ada lagi, seorang anak perempuan yang pernah menganggapku
seorang yang judes saat tak sengaja satu angkot denganku saat berangkat
sekolah, well hingga ia
mengurungkan niatnya untuk menyapaku.
Itu adalah pengakuan yang sering sekali kudapat, padahal saat itu sebetulnya
aku hanya sedang mengantuk saja. Mereka yang menjadi temanku sejak aku duduk di
kelas sepuluh bangku SMA. Mereka adalah anak-anak yang sangat perhatian, saat
aku ijin tidak masuk karena sakit selama beberapa hari, mereka datang dan
membawakanku buah semangka yang begitu besar, itu kesukaanku! Pekikku dalam
hati. Hingga detik ini umurku sudah kepala dua, aku masih mengenang rasa manis
semangka itu. Lebih lagi manisnya karena dibawakan teman kesayanganku.
Menginjak bangku kelas sebelas, aku mendapatkan seorang teman lagi, ia anak
berambut panjang, ramah, baik dan tekun. Saat itu aku sangat senang ada yang
mengajakku duduk bersama, apalagi seorang yang tekun. Aku yakin ketika nanti
aku kesulitan kami bisa saling bantu, ia bisa mengajariku matematika, dan aku
bisa membantunya saat pelajaran bahasa inggris. Awalnya kupikir begitu, awalnya..
Menginjak kelas sebelas, kuakui
aku mulai salah pergaulan. Bukan, bukan karena teman-temanku yang kusebutkan
sebelumnya. Kesalahanku sendiri mulai mengenal lingkungan di luar sana.
Anak-anak dari sekolah lain yang membawaku pada bolos, berbohong dan membuatku
tak sempat mengerjakan PR. Tapi aku menyadari satu hal, teman-temanku tersebut
terlalu baik untuk terjerumus dalam hal yang sama sepertiku, hingga aku juga
tak ada keinginan mengajak mereka, biarlah aku sendiri saja. Tidak mengerjakan
PR pun yang dihukum guru juga aku, yang penting bukan mereka. Hingga makin hari
performa ku di kelas menurun, nilaiku jatuh, absensi ku tak karuan, sampai
akhirnya aku ditegur guruku. Ah, itu
tak masalah, yang jadi masalah adalah kulihat teman-temanku mulai menjauh.
Salahku tak segera menyadarinya, karena aku terlampau sering bolos dan tak lagi
sempat bersenda gurau dengan mereka. Ya, itu mungkin seratus persen salahku.
Hingga pada suatu hari yang aku tak ingat hari apa dan tanggal berapa, kusapa
temanku yang bernama imut tapi perawakannya berkebalikan itu. Betapa
terkejutnya aku ia menjawabku dengan ketus dan berpaling muka. Kupikir ia hanya
bad mood saja dan aku berlalu ke
dalam kelas. Tak hanya sampai di situ, tiba-tiba yang lainnya seolah
mengharamkan bicara denganku dan saat itu seingatku yang bicara denganku
diantara mereka ada tiga orang, anak gadis yang lele buatan ibunya menjadi
favoritku, sebangku ku dan aku lupa memperkenalkan satu orang lagi, gadis baik
berkacamata, rambut panjang tergerai dan selalu
di-bully karena menurut mereka
ia aneh. Tapi aku tak pernah menganggapnya aneh, buatku ia sangat sangat baik
dan teman bicara yang menyenangkan. Sampai pada kenaikan semester dua kelas
duabelas, sebangku ku mengusirku, ia meminta ku untuk bertukar dengan gadis
kacamata dan memilih duduk dengan gadis polos yang sudah jadi temanku sejak
kelas sepuluh. Baik, dari situ aku diasingkan, dibuang jauh-jauh dari kelompok
yang tadinya sangat menerimaku sebagai temannya. Baik, resmi menginjak kelas
tiga, aku menjadi anak yang dibuang, sampai pada suatu hari aku melihat
seseorang yang tak asing dari pandanganku, aku sangat sangat mengenalnya,
seorang anak lelaki berkacamata yang ku kenal sedari duduk di bangku sekolah
dasar. Sahabatku! Ternyata Tuhan masih sayang padaku, sekalipun aku dibuang
teman-temanku ia masih mengirimkan seorang yang kelak menemani aku sepanjang
kelas duabelasku. Tuhan sangat sayang kepadaku, Ia kirimkan lagi seorang
pindahan yang sangat cantik dan manis, anak cantik ini menjadi teman sebangkuku
setelah dibuang oleh teman-temanku, baru ku ketahui kemudian, ia seorang model.
Bagaimana dengan anak gadis berkacamata? Karena jumlah kelasku ganjil, ia duduk
sendiri, tapi ia masih duduk di sekitaran bangku ku. Sebangkuku fisiknya lemah, jadi saat ia
sakit dan tak masuk sekolah, aku duduk dengan gadis berkacamata. Di depanku ada
dua anak perempuan yang kemudian juga menjadi temanku, yang satu anaknya
pendiam, kalem dan manis, yang satu juga berkacamata serta mencintai warna
hijau dengan segenap jiwanya. Mulai saat itulah kelompokku berganti menjadi
orang-orang yang mau menerimaku apa adanya, lagipula menginjak kelas duabelas,
aku memutuskan untuk menghindari pergaulan yang lama, yang membuatku sering tak
masuk sekolah. Di kelas, hanya sahabat lelakiku dan anak-anak perempuan yang
kusebutkan belakangan saja yang menjadi temanku, itupun karena Tuhan sayang
padaku. Berkat sahabatku lelaki itu juga anak lelaki yang lain tak enggan
bicara dan bergurau denganku. Ini menyenangkan hingga pada akhirnya aku sedikit
melupakan kelompok sebelah yang sudah membuangku. Aku lupa, aku juga punya
seorang teman dari anak kelas bawah. Berhubung aku di kelas atas karena aku
IPA. Ia anak seorang guru di sekolahku, anak cantik tapi sangat tomboy, jadi
kadang-kadang aku mampir ke kelasnya bahkan sering main ke rumahnya saat di
luar jam sekolah.
Di kelas duabelas, kesehatan
fisikku menurun dan aku kurang mengetahui sebabnya, akibatnya aku sering drop
bahkan pingsan. Keadaan itu yang membuatku menjadi sering meninggalkan sekolah
lagi. Bukan karena salah pergaulan, melainkan aku sering ijin karena jadwalku
kontrol ke rumahsakit. Syukurlah temanku yang sekarang sangat memakluminya.
Tuhan benar-benar sayang kepadaku, hingga akhrnya aku jatuh sakit dan harus
dirawat selama duaminggu di rumahsakit. Teman-temanku dahulu tak ada yang
datang untuk menengokku. Hanya beberapa anak perempuan yang menjadi teman
baruku dan laki-laki seisi kelas. Getir yang kurasakan di rumahsakit yang sepi
itu, mengingat manisnya semangka pemberian sahabatku yang baik. Semangka itu
tinggal kenangan. Terucap padaku pada anak anak lelaki di ruanganku “IPA 3 gak
ada anak perempuannya ya? Yang datang anak lelaki semua” sambil tertawa aku
mengatakannya tapi sahabatku sedari SD menyadarinya, bahwa aku tak sedang
baik-baik saja. Dan aku sangat bersyukur pada Tuhan, karena disaat itu semuanya
justru menghiburku, membuat lelucon hingga perutku sakit menahan tawa, aku tak
bisa membuka mulutku lebar-lebar untuk tertawa karena bibirku akan sobek dan
berdarah lagi. Alergi obat ini membuat seluruh badanku rusak seperti korban
kebakaran 80 persen.
Sampai hari dimana aku mendengar
semuanya dari temanku si pecinta hijau sebabnya aku dijauhi, adalah karena
menurut teman-temanku terdahulu aku sering bolos, tak pernah kerja kelompok.
Baik, asumsi mereka luar biasa sekali. Aku tak kerja kelompok karena mereka tak
pernah membaginya denganku, bicara denganku pun mereka haramkan. Si pecinta
hijau kemudian berkata bahwa aku pun sudah berubah, ia yang akan menjadi
temanku bersama dengan yang lainnya.
Ada hari yang aku lupa, temanku
si gadis berkacamata, aku, pecinta hijau dan entah itu gadis model atau gadis
kalem, kami duduk bersama di mushalla bersama dengan guru agama kami selepas
ujian sholat. Gadis berkacamata kemudian curhat sampai menangis, bahwa ia sedih
dianggap teman-teman lain di kelas sebagai anak aneh dan taka da satupun yang
mau berteman dengannya. Kemudian aku ikut bicara dan merangkulnya, bahwa hingga
detik saat kami di mushalla aku adalah temannya, begitupun disusul oleh yang lainnya
sambil merangkul si gadis berkacamata juga. Kami berikrar di depan guru kami.
Bahkan hingga saat ini aku mengetik tulisan ini pun aku masih menjadi temannya
sekalipun kami jauh. Ia masih di Bandar Lampung.
Aku minta maaf pada semuanya,
mungkin aku teman yang tak baik. Aku mungkin pernah luput hingga tanpa sadar,
menyakiti semua teman-teman yang kusebutkan sejak awal. Aku minta maaf, atas
kealpaanku, atas apa yang pernah kulakukan. Aku sungguh-sungguh minta maaf,
hingga detik ini mungkin aku belum sempat menemui kalian satu persatu untuk
minta maaf karena keadaanku saat ini belum memungkinkan, mungkin juga Tuhan
belum merencanakan pertemuan kita karena bagi-Nya belum tepat, Mungkin Tuhan
ingin menempa kita semua agar menjadi jauh lebih dewasa saat nanti kita jumpa
lagi, aku yakin itu. Bahwa saat kita kelak berjumpa lagi, kita adalah pribadi
yang sangat baik jauh melebihi dulu.
Aku ingin berterimakasih, karena
jika Tuhan tak mengirimkan kalian yang meninggalkanku dan menciptakan teman
baru yang mendampingiku sesudahnya, aku tak akan sekuat seperti saat ini, aku
yakin jika tak ada kalian aku tak mampu berdiri tegak hingga saat ini untuk
membuktikan bahwa aku ada. Aku pernah ada dalam kehidupan kalian, aku ada dalam
hidupku sendiri untuk terus bertahan.
Aku ingin berterimakasih kalian
sudah hadir menjadi salah satu motivasi terbesarku, menjadi cambuk untuk
membangkitkanku, hingga pada akhirnya aku yakin aku pun mampu. Aku ingin
berterimakasih karena kalian menganggapku tidak pintar bahkan bodoh, sampai aku
bisa mewujudkan mimpiku berkuliah di perguruan tinggi favorit yang menjadi
mimpi ribuan orang. Aku ingin berterimakasih, jika tanpa kalian aku mungkin tak
merasa ada hingga kini aku tergabung dalam sebuah perusahaan skala
internasional yang tak pernah ada dalam mimpiku sebelumnya.
Kini aku berada dalam lingkungan
yang penuh dengan orang-orang yang mencintaiku. Beberapa dari mereka kagum
karena aku begitu kuat. Ya, aku kuat karena kalian semua.
Terimakasih banyak..
Malang, 19 Mei 2014
Cuaca pun masih cerah seperti
biasa
Ini kisahku hari ini..
kemudahan pasti bakal nyaperin kok setelah kesusahan bosen ngikutin kita :)
ReplyDeleteaku juga yakin itu cara Allah menguatkan kita :"")
ReplyDelete