CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

sayap yang ingin terbang

sayap yang ingin terbang
kepada senja aku titipkan doa yg kurapalkan pada malam agar kelak aku bisa pulang

Sunday, May 18, 2014

Surat Kepada Kawan

Aku pernah memiliki teman, beberapa teman. Berkawan dengan mereka begitu menyenangkan, belajar, istirahat mengobrol di kantin, pulang pun berbarengan. Ada satu anak yang ku kenal sedari SMP di sekolah menengah atas ini. Namanya sangat imut, tapi perawakannya sangatlah berkebalikan. Sekalipun begitu, ia anak yang sangat baik. Ada juga seorang anak yang ku kenal sedari mengikuti bimbingan belajar saat masih SMP, hingga kini ia masih temanku meski keberadaannya sekarang aku kurang mengetahuinya. Ada satu lagi, anak yang sangat manis, polos dan sangat baik. Ia pendiam dan lele goreng buatan ibunya menjadi favoritku saat ia membawanya sebagai bekal sekolah. Masih ada lagi, seorang anak perempuan yang pernah menganggapku seorang yang judes saat tak sengaja satu angkot denganku saat berangkat sekolah, well hingga ia mengurungkan  niatnya untuk menyapaku. Itu adalah pengakuan yang sering sekali kudapat, padahal saat itu sebetulnya aku hanya sedang mengantuk saja. Mereka yang menjadi temanku sejak aku duduk di kelas sepuluh bangku SMA. Mereka adalah anak-anak yang sangat perhatian, saat aku ijin tidak masuk karena sakit selama beberapa hari, mereka datang dan membawakanku buah semangka yang begitu besar, itu kesukaanku! Pekikku dalam hati. Hingga detik ini umurku sudah kepala dua, aku masih mengenang rasa manis semangka itu. Lebih lagi manisnya karena dibawakan teman kesayanganku. Menginjak bangku kelas sebelas, aku mendapatkan seorang teman lagi, ia anak berambut panjang, ramah, baik dan tekun. Saat itu aku sangat senang ada yang mengajakku duduk bersama, apalagi seorang yang tekun. Aku yakin ketika nanti aku kesulitan kami bisa saling bantu, ia bisa mengajariku matematika, dan aku bisa membantunya saat pelajaran bahasa inggris. Awalnya kupikir begitu, awalnya..
Menginjak kelas sebelas, kuakui aku mulai salah pergaulan. Bukan, bukan karena teman-temanku yang kusebutkan sebelumnya. Kesalahanku sendiri mulai mengenal lingkungan di luar sana. Anak-anak dari sekolah lain yang membawaku pada bolos, berbohong dan membuatku tak sempat mengerjakan PR. Tapi aku menyadari satu hal, teman-temanku tersebut terlalu baik untuk terjerumus dalam hal yang sama sepertiku, hingga aku juga tak ada keinginan mengajak mereka, biarlah aku sendiri saja. Tidak mengerjakan PR pun yang dihukum guru juga aku, yang penting bukan mereka. Hingga makin hari performa ku di kelas menurun, nilaiku jatuh, absensi ku tak karuan, sampai akhirnya aku ditegur guruku. Ah, itu tak masalah, yang jadi masalah adalah kulihat teman-temanku mulai menjauh. Salahku tak segera menyadarinya, karena aku terlampau sering bolos dan tak lagi sempat bersenda gurau dengan mereka. Ya, itu mungkin seratus persen salahku. Hingga pada suatu hari yang aku tak ingat hari apa dan tanggal berapa, kusapa temanku yang bernama imut tapi perawakannya berkebalikan itu. Betapa terkejutnya aku ia menjawabku dengan ketus dan berpaling muka. Kupikir ia hanya bad mood saja dan aku berlalu ke dalam kelas. Tak hanya sampai di situ, tiba-tiba yang lainnya seolah mengharamkan bicara denganku dan saat itu seingatku yang bicara denganku diantara mereka ada tiga orang, anak gadis yang lele buatan ibunya menjadi favoritku, sebangku ku dan aku lupa memperkenalkan satu orang lagi, gadis baik berkacamata, rambut panjang tergerai dan selalu  di-bully karena menurut mereka ia aneh. Tapi aku tak pernah menganggapnya aneh, buatku ia sangat sangat baik dan teman bicara yang menyenangkan. Sampai pada kenaikan semester dua kelas duabelas, sebangku ku mengusirku, ia meminta ku untuk bertukar dengan gadis kacamata dan memilih duduk dengan gadis polos yang sudah jadi temanku sejak kelas sepuluh. Baik, dari situ aku diasingkan, dibuang jauh-jauh dari kelompok yang tadinya sangat menerimaku sebagai temannya. Baik, resmi menginjak kelas tiga, aku menjadi anak yang dibuang, sampai pada suatu hari aku melihat seseorang yang tak asing dari pandanganku, aku sangat sangat mengenalnya, seorang anak lelaki berkacamata yang ku kenal sedari duduk di bangku sekolah dasar. Sahabatku! Ternyata Tuhan masih sayang padaku, sekalipun aku dibuang teman-temanku ia masih mengirimkan seorang yang kelak menemani aku sepanjang kelas duabelasku. Tuhan sangat sayang kepadaku, Ia kirimkan lagi seorang pindahan yang sangat cantik dan manis, anak cantik ini menjadi teman sebangkuku setelah dibuang oleh teman-temanku, baru ku ketahui kemudian, ia seorang model. Bagaimana dengan anak gadis berkacamata? Karena jumlah kelasku ganjil, ia duduk sendiri, tapi ia masih duduk di sekitaran bangku  ku. Sebangkuku fisiknya lemah, jadi saat ia sakit dan tak masuk sekolah, aku duduk dengan gadis berkacamata. Di depanku ada dua anak perempuan yang kemudian juga menjadi temanku, yang satu anaknya pendiam, kalem dan manis, yang satu juga berkacamata serta mencintai warna hijau dengan segenap jiwanya. Mulai saat itulah kelompokku berganti menjadi orang-orang yang mau menerimaku apa adanya, lagipula menginjak kelas duabelas, aku memutuskan untuk menghindari pergaulan yang lama, yang membuatku sering tak masuk sekolah. Di kelas, hanya sahabat lelakiku dan anak-anak perempuan yang kusebutkan belakangan saja yang menjadi temanku, itupun karena Tuhan sayang padaku. Berkat sahabatku lelaki itu juga anak lelaki yang lain tak enggan bicara dan bergurau denganku. Ini menyenangkan hingga pada akhirnya aku sedikit melupakan kelompok sebelah yang sudah membuangku. Aku lupa, aku juga punya seorang teman dari anak kelas bawah. Berhubung aku di kelas atas karena aku IPA. Ia anak seorang guru di sekolahku, anak cantik tapi sangat tomboy, jadi kadang-kadang aku mampir ke kelasnya bahkan sering main ke rumahnya saat di luar jam sekolah.
Di kelas duabelas, kesehatan fisikku menurun dan aku kurang mengetahui sebabnya, akibatnya aku sering drop bahkan pingsan. Keadaan itu yang membuatku menjadi sering meninggalkan sekolah lagi. Bukan karena salah pergaulan, melainkan aku sering ijin karena jadwalku kontrol ke rumahsakit. Syukurlah temanku yang sekarang sangat memakluminya. Tuhan benar-benar sayang kepadaku, hingga akhrnya aku jatuh sakit dan harus dirawat selama duaminggu di rumahsakit. Teman-temanku dahulu tak ada yang datang untuk menengokku. Hanya beberapa anak perempuan yang menjadi teman baruku dan laki-laki seisi kelas. Getir yang kurasakan di rumahsakit yang sepi itu, mengingat manisnya semangka pemberian sahabatku yang baik. Semangka itu tinggal kenangan. Terucap padaku pada anak anak lelaki di ruanganku “IPA 3 gak ada anak perempuannya ya? Yang datang anak lelaki semua” sambil tertawa aku mengatakannya tapi sahabatku sedari SD menyadarinya, bahwa aku tak sedang baik-baik saja. Dan aku sangat bersyukur pada Tuhan, karena disaat itu semuanya justru menghiburku, membuat lelucon hingga perutku sakit menahan tawa, aku tak bisa membuka mulutku lebar-lebar untuk tertawa karena bibirku akan sobek dan berdarah lagi. Alergi obat ini membuat seluruh badanku rusak seperti korban kebakaran 80 persen.
Sampai hari dimana aku mendengar semuanya dari temanku si pecinta hijau sebabnya aku dijauhi, adalah karena menurut teman-temanku terdahulu aku sering bolos, tak pernah kerja kelompok. Baik, asumsi mereka luar biasa sekali. Aku tak kerja kelompok karena mereka tak pernah membaginya denganku, bicara denganku pun mereka haramkan. Si pecinta hijau kemudian berkata bahwa aku pun sudah berubah, ia yang akan menjadi temanku bersama dengan yang lainnya.
Ada hari yang aku lupa, temanku si gadis berkacamata, aku, pecinta hijau dan entah itu gadis model atau gadis kalem, kami duduk bersama di mushalla bersama dengan guru agama kami selepas ujian sholat. Gadis berkacamata kemudian curhat sampai menangis, bahwa ia sedih dianggap teman-teman lain di kelas sebagai anak aneh dan taka da satupun yang mau berteman dengannya. Kemudian aku ikut bicara dan merangkulnya, bahwa hingga detik saat kami di mushalla aku adalah temannya, begitupun disusul oleh yang lainnya sambil merangkul si gadis berkacamata juga. Kami berikrar di depan guru kami. Bahkan hingga saat ini aku mengetik tulisan ini pun aku masih menjadi temannya sekalipun kami jauh. Ia masih di Bandar Lampung.
Aku minta maaf pada semuanya, mungkin aku teman yang tak baik. Aku mungkin pernah luput hingga tanpa sadar, menyakiti semua teman-teman yang kusebutkan sejak awal. Aku minta maaf, atas kealpaanku, atas apa yang pernah kulakukan. Aku sungguh-sungguh minta maaf, hingga detik ini mungkin aku belum sempat menemui kalian satu persatu untuk minta maaf karena keadaanku saat ini belum memungkinkan, mungkin juga Tuhan belum merencanakan pertemuan kita karena bagi-Nya belum tepat, Mungkin Tuhan ingin menempa kita semua agar menjadi jauh lebih dewasa saat nanti kita jumpa lagi, aku yakin itu. Bahwa saat kita kelak berjumpa lagi, kita adalah pribadi yang sangat baik jauh melebihi dulu.
Aku ingin berterimakasih, karena jika Tuhan tak mengirimkan kalian yang meninggalkanku dan menciptakan teman baru yang mendampingiku sesudahnya, aku tak akan sekuat seperti saat ini, aku yakin jika tak ada kalian aku tak mampu berdiri tegak hingga saat ini untuk membuktikan bahwa aku ada. Aku pernah ada dalam kehidupan kalian, aku ada dalam hidupku sendiri untuk terus bertahan.
Aku ingin berterimakasih kalian sudah hadir menjadi salah satu motivasi terbesarku, menjadi cambuk untuk membangkitkanku, hingga pada akhirnya aku yakin aku pun mampu. Aku ingin berterimakasih karena kalian menganggapku tidak pintar bahkan bodoh, sampai aku bisa mewujudkan mimpiku berkuliah di perguruan tinggi favorit yang menjadi mimpi ribuan orang. Aku ingin berterimakasih, jika tanpa kalian aku mungkin tak merasa ada hingga kini aku tergabung dalam sebuah perusahaan skala internasional yang tak pernah ada dalam mimpiku sebelumnya.
Kini aku berada dalam lingkungan yang penuh dengan orang-orang yang mencintaiku. Beberapa dari mereka kagum karena aku begitu kuat. Ya, aku kuat karena kalian semua.
Terimakasih banyak..
Malang, 19 Mei 2014
Cuaca pun masih cerah seperti biasa
Ini kisahku hari ini..

2 comments:

  1. kemudahan pasti bakal nyaperin kok setelah kesusahan bosen ngikutin kita :)

    ReplyDelete
  2. aku juga yakin itu cara Allah menguatkan kita :"")

    ReplyDelete